GERAKAN PENGENDALIAN OPT WERENG BATANG COKLAT DENGAN APH DI KELTAN ANUGRAH KEC. KURANJI KOTA PADANG

Posted on 2024-03-14 20:39:39 | by : sekretariat | 821 kali dibaca | Category: BERITA


PADANG. UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Barat (DPTPH-Sumbar) melaksanakan Gerakan Pengendalian Organisme Penganggu Tanaman (Gerdal OPT) Wereng Batang Coklat dengan Agen Pengendali Hayati (APH) di Kelopok Tani  Anugrah Kec. Kuranji,  Kota Padang. Rabu 13 Maret 2024.

Wereng batang coklat  (Nilaparvata lugens)  atau yang disingkat WBC merupakan salah satu hama pada  tanaman  padi  yang  paling  berbahaya  dan merugikan  petani  padi karena dapat mengakibatkan gagal panen. Selain itu,  WBC  juga menjadi vektor bagi  penularan penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa. Siklus hidup WBC relatif pendek yaitu lebih kurang 35 hari dimana seekor WBC betina mampu beranak sampai 300 ekor. Kemampuan terbang WBC yang bersayap selama 30 hari bisa mencapai 200 KM. WBC dapat menyerang tanaman padi pada semua umur, sehingga  pengendaliannya harus tuntas pada generasi I atau selambat-lambatnya pada generasi II.

Terjadinya kemarau basah (La-Nina) yang menyebabkan suhu naik 1,9oC dan kelembaban naik 25%, sangat cocok bagi perkembangan WBC dan tersedianya makanan sepanjang tahun  dapat menjadi pemicu perkembangan WBC.

Dalam rangka pengendalian serangan WBC maka perlu dilakukan upaya pengendalian preventif dan responsif. Pengendalian preventif meliputi penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) skala luas (hamparan tanam serempak), pengolahan tanah dayung, penggunaan dekomposer, penggunaan benih bermutu, perlakuan benih dengan air garam dan PGPR, pengembalian jerami/pupuk kompos, pemupukan berimbang NPK, penggunaan pupuk cair dengan kalium dan silikat. Sedangkan pengendalian responsif dilakukan dengan aplikasi agens hayati bila ditemukan populasi WBC pada pesemaian maupun pertanaman. Penggunaan insektisida anjuran merupakan pilihan terakhir apabila populasi sangat tinggi dan disarankan tidak berulang-ulang, harus dikombinasikan dengan agens hayati.

POPT Pertama, Desi Ratna, S.Si menjelaskan dalam rangka gerakan pengendalian WBC di Kelompok Tani Anugrah ini, perlu dilakukan serempak dan bersamaan dalam skala hamparan. Pemakaian APH sebaiknya dilakukan saat air embun sudah hilang yaitu antara pukul 08.00 s.d 11.00 WIB dengan arah nozzle menghadap batang padi tempat berkumpulnya WBC. Selain itu untuk penggunaan pestisida harus memenuhi anjuran 6 T (Tepat sasaran, jenis, waktu, cara, dosis, mutu).

“Untuk mengantisipasi munculnya serangan WBC generasi selanjutnya yang lebih kuat, resisten terhadap pestisida dan daya terbangnya lebih jauh maka perlu dilakukan jeda tanam dengan waktu minimal 1 (satu) bulan dengan kondisi lahan sudah terolah untuk memutus siklus hidup WBC. Sedangkan untuk daerah endemik WBC perlu dilakukan pergiliran pola tanam”, tutupnya (Desi R-BPTPH)