Sistem Informasi Pertanian Berbasis Spasial
Dampak revolusi industri secara langsung akan berpengaruh terhadap sektor pertanian di Indonesia. Revolusi industri yang berkembang semakin cepat menuntut adanya adaptasi di semua sektor perekonomian. Implementasi industri 4.0 diharapkan usaha tani menjadi semakin efisien sehingga terjadi peningkatan produktivitas dan daya saing. Beberapa upaya sudah dilakukan melalui model dan inovasi di bidang pertanian, seperti pertanian vertikal, pertanian presisi dan pertanian pintar (smart farming).
Pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia umumnya didaerah-daerah. Pengelolaan pertanian dan analisa potensi lahan tidak lepas dari data-data yang mempunyai unsur spasial. Secara tidak langsung Sistem Informasi Geografis (SIG/GIS) memegang peranan penting dalam pengumpulan, pengolahan, dananalisa data spasialuntuk keperluan pertanian. Data-data SIG tersebut nantinya dapat membantu pemegang kebijakan dan perencana strategis untuk menentukan langkah-langkah pengembangan dan pemanfaatan lahan untuk pertanian. Pemanfaatan Sistem Informasi geografis (SIG) untuk bidang pertanian sangat beragam. Sebagai contoh GIS digunakan dalam memetakan tata guna lahan, pemetaan lahan produktif dan lahan kritis, peta sebaran komoditas pertanian, dan pemetaan jenis-jenis tanaman dan lain-lain . Dalam pemanfaatannya,Sistem Infor-masi geografis(SIG) di bidang pertanian juga dapat diintegrasikan dengan data-data spasial pendukung atau sekunder misalkan peta-peta tematik seperti petaiklim, peta geokimia yang berhubungan dengan kesuburan tanah,peta topografi, dan peta air tanah.
Salah satu contohnya adalah Kerangka Sampel Area (KSA) yang merupakan metode pengukuran produksi tanaman padi yang dilaksanakan oleh BPS. Padi merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia mengingat pangan dalam hal ini beras adalah kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu untuk menjamin kestabilan ketahanan pangan Pemerintah mengeluarkan PP No.68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai peraturan pelaksanaan UU No.7 tahun 1996 tentang pangan.
KSA didefinisikan sebagai teknik pendekatan penyampelan yang menggunakan area lahan sebagai unit enumerasi. Sistem ini berbasis teknologi sistem informasi geografi (SIG), pengideraan jauh, teknologi informasi, dan statistika yang saat ini sedang diimplementasikan di Indonesia untuk perolehan data dan informasi pertanian tanaman pangan. Pendekatan KSA diharapkan mampu menjawab penyediaan data dan informasi yang akurat dan tepat waktu untuk mendukung perencanaan Program Ketahanan Pangan Nasional.
Untuk mendukung penyediaan data yang dapat membantu Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Barat dalam pemantauan produksi, dibutuhkan suatu sistem informasi berbasis spasial yang dibangun sendiri, dengan berkoordinasi bersama BPS Sumbar. Inisiatif dibuat dengan memanfaatkan Google Earth yang mampu membantu penyediaan data berbasis spasial. Google Earth merupakan aplikasi yang diciptakan oleh perusahaan Keyhole Inc pada 2004, sebelumnya aplikasi tersebut bernama Earth Viewer dan pada tahun 2005 terjadi perubahan nama.
Saat ini Google Earth merupakan salah satu perekaman citra dengan resolusi hingga 15 x 15 m, Google earth merupakan salah satu aplikasi gratis yang bisa dimanfaatkan oleh setiap orang untuk melihat datum bumi dari udara, dengan bantuan google earth kita bisa melihat lokasi rumah kita, bentuk bangunan, morfologi suatu daerah, lokasi geografis ataupun mencari tempat dengan menggunakan fitur search lokasi, dengan berkembangnya zaman Google Earth selalu memperbarui fitur-fitur yang ada untuk memberikan informasi terbaik yang bisa diberikan kepada penggunanya, adapun salah satu fitur ialah dengan membuka Primary Database dan melihat Photos, pada beberapa lokasi kita bisa melihat kondisi daerah tersebut berupa panorama ataupun dengan melihat 360 derajat bila ada pengguna yang mengupload ke google earth.
Ingin membaca pedomannya, silahkan unduh disini :